Rabu, 12 Januari 2011

ASUHAN KEPERAWATAN BAYI DENGAN HIDROCEPHALUS

I.        Pengertian
Hidrocephalus adalah sebuah kondisi yang disebabkan oleh produksi yang tidak seimbang dan penyerapan dari cairan cerebrospinal (CSF) di dalam sistem Ventricular. Ketika  produksi CSF lebih besar dari penyerapan, cairan cerebrospinal mengakumulasi di dalam sistem Ventricular.

II.     Etiologi
1)    Gangguan cairan cerebrospinal
2)    Hambatan cairan cerebrospinal menuju sistem ventricular.
III.   Patofisiologi
Sirkulasi cairan ventrikel mengalir dari cabang sampai ke ruang ventrikel, melalui Foramen Monro menuju ventrikel ketiga, tempat ia bergabung dengan cairan yang keluar pada ventrikel ketiga tersebut. Dari sini cairan mengalir melalui saluran Sylvius menuju ventrikel keempat tempat banyak cairan dibentuk, kemudian menuju cabang samping foramen luschka dan garis tengah foramen Magendie ke dalam Cisterna Magna. Kemudian mengalir ke bagian otak dan diserap oleh beberapa mekanisme antara lain arachnoid villi, sinuses (lubang yang menghubungkan rongga hidung dengan batak otak, pembuluh darah kecil dan otak.
Mekanisme Ketidakseimbangan Cairan
Jarang terjadi sebuah tumor choroid plexus menyebabkan perkembangan pengeluaran cairan cerebrospinal dalam ventrikel, yang menjadi bertambah banyak dan memadat pada inti otak.
         Hidrocephalus yang non komunikans adalah gangguan penyerapan cairan cerebrospinal, sedangkan adanya hubungan cairan cerebrospinal menuju sistem ventricular digolongkan pada Hidrocephalus yang komunikans. Banyak masalah yang timbul berkaitan dengan Hidrocephalus yang non komunkans yaitu cacat. Meskipun cacat itu biasanya nampak pada masa kecil yang lebih awal, itu bisa menjadi bukti bahwa hal tersebut telah ada sebelum lahir bagi anak-anak yang lahir terlambat maupun orang dewasa yang lahir prematur. Sebab lain mencakupi neoplasma, infkesi dan trauma. Hambatan cairan normal dapat terjadi pada saluran cairan cerebrospinal yang mengakibatakan peningkatan tekanan dan pembesaran pada saluran terdekat di tempat hambatan.
Tempat yang paling banyak ada hambatan adalah :

TEMPAT DAN JENIS

SEBAB DAN KOMENTAR
*          Hidrocephalus non komunikans :
Tempat            :            Saluran Sylvius
Jenis                :            Stenosis/Atresia
Gliosis
Obstructive

Tempat   :               Kamar jantung keempat dan foramen magna

Tipe                        :               Cacat Chiori
Cacat Arnold Chiari
Kemacetan ruang jantung



Berjumlah 20% Hidrocephalus








Berjumlah 50% dari semua Hidrocephalus
*          Hidrocephalus komunikan :

Tempat :           Arachnoid Villi dan cisterna magna

Jenis                :            Meningitis



Arachnoid yang tebal


Bakteri
 Contoh perkembangan abnormal atau kerusakan : cacat Arnold Chiari, saluran yang mengalami Stenosis, saluran Gliosis dan Atresin foramina lushcka, dan hal kepala membesar pada usia dua tahun, yang harus sudah diperiksa ketika masih bayi demi perkembangannya. Ada masalah menetap seperti infkesi intra uterine dan bakteri-bakteri sebelum dan saat kelahiran (prenatal hemorrhage, neonatal meningoencephalistis). Cacat Arnol Chieri adalah gangguan yang melibatkan isi prosterior fossa. Pada masa bayi kepala bertumbuh secara tak normal meskipun tanda pertama tanpa pembesaran atau tambahan. Bagian depan kepala biasanya keras. Pembuluh darah kepala akan membesar ketika bayi menangis. Semakin keras bayi itu menangis, tulang tengkorak menjadi tipis dan jahitan bedah menjadi jelas terpisah dan menghasilkan bunyi-bunyi aneh. Pembesaran pada garis depan membuat mata murung.

IV.  Penatalaksanaan.
Pengobatan pada hidrocephalus langsung diberikan kepada :
1.  Mengurangi hidrocephalus itu sendiri
2.  Mengobati komplikasi
3.  Mengatasi masalah yang berhubungan dengan efek pada gangguan perkembangan psikomotor.
Pengobatan itu dilakukan dengan beberapa cara keucali operasi pembedahan. Terapi medis sangat mengecewakan, banyak bayi yang lahir dengan pendarahan terus-menerus yaitu sambungan syaraf mengalami kebocoran dan pengobatan sudah banyak dilakukan namun tidak membawa hasil yang memuaskan. Pada tindakan lumbal fungsi yang serial dan medication yang digunakan hasilnya sangat bervariasi.
Pengobatan dengan acetazolamide dan isosorbide atau furosimida dapat menekan produksi CSF pada setiap kasus.
Pengobatan dengan pembedahan (Operasi)
Penanganan bedah merupakan terapi pilihan pada sejumlah kasus hidrocephalus.
Cara ini dengan secara langsung untuk mengeluarkan sumbatan-sumbatan sebagai contoh receptio neoplasma, kiste, hematom, jarang terjadi pada produksi cairan yang berlebihan, exterpasi plexus (pleboctomy atau coagulasi electric) namun banyak anak membutuhkan prosedur shunt yang mengakibatkan pengaliran CSF dari ventrikel ke bagian extracranial peritonium. Sistem shunt terdiri dari cateter ventrikel, flush pompa, katup aliran unidirectional dan sebuah ujung cateter. Semuanya merupakan radiopaq untuk pengamatan setelah placemen. Semuanya dicoba ketepatannya sebelum incersi. Sebuah recervoir ditambahkan untuk mengalirkan secara langsung ke dalam sistim ventrikular untuk memberikan obat-obatan dan mengeluarkan cairan. Untuk semua model katup dibentuk untuk membuka dan menutup. Membuka sebelum terjadi tekanan pada intraventrikuler dan menutup ketika tekanan berada dibawah level yang normal, semuanya untuk mencegah aliran kembali. Tekanan tinggi pada katup untuk mencegah komplikasi dari decompretion pada ventrikel dan tekanan sedang pada katup digunakan pada anak-anak khususnya pada long standing hidrocephalus sedangkan tekanan rendah pada bayi kecil.


Komplikasi

          Komplikasi terbesar pada VP Shunt adalah infeksi dan malfungsi. Malfungsi lebih sering disebabkan oleh obstruksi mekanik di dalam ventrikel dari bahan-bahan khusus (jaringan atau exudate) atau ujung distal dari trombosis atau displacement sebagai akibat dari pertumbuhan. Anak dengan obstruksi shunt sering menunjukan kegawatan dengan manifestasi klinik peningkatan ICP, yang lebih sering disertai dengan status neorologis yang jelek.
Komplikasi yang sering terjadi adalah infkesi shunt yang dapat terjadi setiap saat tetapi resiko terbesar terjadi pada 1-2 bulan mengikuti placement. Infeksi umumnya akibat dari intercurent infection pada saat shunt placement. Infeksti itu meliputi septik, endocarditis bacterial, infeksi luka, nefritis shunt, meningitis dan ventrikulitis. Meningitis dan ventrikulitis adalah of greatest concern, selama ditemukan komplikasi infeksi CNS. Infeksi dapat diobati dengan pengobatan pasive antibiotika yang diberikan secara intravena. Sebagian infeksi membutuhkan removal of the shunt sampai infeksi dapat dikontrol. External ventricular drainase digunakan sampai CSF steril.
Sebuah komplikasi shunt yang serius adalah hematoma subdural yang disebabkan oleh reduksi yang cepat pada ICP dan ukurannya. Komplikasi yang dapat terjadi adalah peritonitis abses abdominal, perporasi organ-organ abdomen oleh catater atau trokar (pada saat insersi), fistula hernia dan ilius.

Prognosis

          Prognosis pada anak tergantung besarnya kecepatan perkembangan hidrocephalus, durasi peningkatan ICP dan frekwensi komplikasi, dan penyebab hidrocephalus. Sebagai contoh tumor-tumor ganas dapat menyebabkan mortalitas yang tinggi berhubungan dengan faktor-faktor komplikasi yang lain.
Hidrocephalus tak terobati mempunyai 50-60% mortalitis rate akibat disorder atau intercurent illneses. Secara spontan pada kasus hidrocephalus 40% dengan intelegensi mendekati normal.
Akibat tindakan pembedahan 80% insident tertinggi mortalitas terjadi dalam tahun pertama pengobatan.
Pada anak-anak dengan hidrocephalus juga beresiko terhadap masalah perkembangan dan emosional seperti cemas, neorosis atau gangguan sikap anti sosial. Pada umumnya hidrocephalus non infeksi menunjuk prognosis baik sedangkan hidrocephalus biasanya disertai dengan cerebral defect.

V.     Asuhan Keperawatan.
A.     Pengkajian.
  1. Identitas.
Menurut T.H. Rampengan dan I.R. Laurentz diperkirakan insiden demam tifoid pada tahun 1985 di Indonesia adalah sebagai berikut umur 0-4 tahun 25,32 %, umur 5-9 tahun 35,59 % dan umur 10-14 tahun 39,09%. Namun menegakkan diagnosis demam tifoid pada anak merupakan hal yang tidak mudah mengingat tanda dan gejala klinis yang tidak khas terutama pada penderita di bawah usia 5 tahun. Insiden penyakit ini tidak berbeda antara anak laki dan anak perempuan, tergantung pada status gizi dan status imunologis penderita.
  1. Riwayat Keperawatan.
a.       Keluhan utama.
Demam lebih dari 1 minggu, gangguan kesadaran : apati sampai somnolen, dan gangguan saluran cerna seperti perut kembung atau tegang dan nyeri pada perabaan, mulut bau, konstipasi atau diare, tinja berdarah dengan atau tanpa lendir, anoreksia dan muntah.
b.      Riwayat penyakit sekarang.
Ingesti makanan yang tidak dimasak misalnya daging, telur, atau terkontaminasi dengan minuman.
c.       Riwayat penyakit dahulu.
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun.
d.      Riwayat kesehatan keluarga.
Tifoid kongenital didapatkan dari seorang ibu hamil yang menderita demam tifoid dan menularkan kepada  janin melalui darah. Umumnya bersifat fatal.
e.       Riwayat kesehatan lingkungan.
Demam tifoid saat ini terutama ditemukan di negara sedang berkembang dengan kepadatan penduduk tinggi serta kesehatan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Pengaruh cuaca terutama pada musim hujan sedangkan dari kepustakaan barat dilaporkan terutama pada musim panas.
f.        Imunisasi.
Pada tifoid kongenital dapat lahir hidup sampai beberapa hari dengan gejala tidak khas serta menyerupai sepsis neonatorium.
g.       Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
h.       Nutrisi.
Gizi buruk atau meteorismus
  1. Pemeriksaan fisik.
a.       Sistem kardiovaskuler.
Takikardi, hipotensi dan shock jika perdarahan, infeksi sekunder atau septikemia.
b.      Sistem pernapasan.
Batuk nonproduktif, sesak napas.
c.       Sistem pencernaan.
Umumnya konstipasi daripada diare, perut tegang, pembesaran limpa dan hati, nyeri perut pada perabaan, bising usus melemah atau hilang, muntah, lidah tifoid dengan ujung dan tepi kemerahan dan tremor, mulut bau, bibir kering dan pecah-pecah.
d.      Sistem genitourinarius.
Distensi kandung kemih, retensi urine.
e.       Sistem saraf.
Demam, nyeri kepala, kesadaran menurun : delirium hingga stupor, gangguan kepribadian, katatonia, aphasia, kejang.
f.        Sistem lokomotor/muskuloskeletal.
Nyeri sendi
g.       Sistem endokrin.
Tidak ada kelainan.
h.       Sistem integumen.
Rose spot dimana hilang dengan tekanan, ditemukan pada dada dan perut, turgor kulit menurun, membran mukosa kering.
i.         Sistem pendengaran.
Tuli ringan atau otitis media.
j.        Sistem penciuman.
  1. Pemeriksaan diagnostik dan hasil.
         Diagnosa yang dilakukan pada masa kecil dari kepala busung sudah mendasar dan melingkar pada kepala, mengaliri satu atasu lebih banyak jalur pada peta selam satu peirode dari dua sampai empat minggu dan asosiasi neorologi berpendapat bahwa memang itu ada dan berkembang. Dengan kata lain diagnosa dipelajari untuk kebutuhan, lokalisasi bagi ikuran halangan, kebanyakan ukuran rontgen pada kepala telah membawa ketidakdewasaan dengan terdapatnya infeksi nyelomeningocele dan tulang bagian dalam.
         Pada suatu evaluasi tentang ketidakdewasaan yang dibawa sejak kecil dikutip bahwa kebanyakan terdapat pada kepala. Semua dikonultasikan agar bila membuktikan tentang ketidakwajaran pertumbuhan mulai dari cepat dan tidak normal. Keutamaan diagnosa sendiri untuk digunakan pada pendeteksian Hidrocephalus sejak anak sudah ada gambaran. Evaluasi diagnosa pada anak-anak yang mempunyai gejala Hidrocephalus setelah bayi sangat sama bagi mereka yang menghidap tumor.
Ukuran kepala bisa berasal dari karakter keluarga.




Masa Anak-anak

          Tanda-tanda dan gejala dari anak-anak yang mengalami perkembangan terlambat berasal dari Neoplasma Posterios Fossa dan saluran Stenosis dan manifestasi klinikal. Ini semua mengakibatkan sakit kepala dan beberapa hal terjadi pada diri anak antara lain lekas marah, lesu, bingung dan hilangnya kontak dengan sesama. Pada salah satu alat bantu untuk membantu orang cacat berjalan, manifestasi mejadi tampak banyak dan membuat bayi takut.
          Manifestasi cacat bagi bayi berumur tiga tahun ke atas lebih berhubungan dengan syaraf tulang belakang ketimbang berkaitan dengan penempaan yang biasanya terpancar lewat kemarahan.

Manajemen Terapi


Nursing Konsiderasi

          Perawatan anak dengan hidrocephalus meliputi manajemen preoperasi dan post operasi. Juga penting dalam mengkaji dengan teliti anak dengan myelomeninggocele terhadap tanda-tanda meningkatnya ICP, timbulnya hidrocephalus biasa dihubungkan dengan anomaly.

Pengkajian

          Preoperasi pada infant yang telah didiagnosa atau pada hidrocephalus sedang diobservasi secara teliti terhadap meningkatnya tanda-tanda ICP. Pada anak-anak kepala diikur setiap hari untuk menentukan besaran kepala/CFC. Untuk mencegah kemungkinan ketidaksesuaian yang besar dalam pengukuran untuk itu dipakai kertas ukuran yang sudah ada dan diberi tanda dengan pulpen. Garis pontanela dan sutura diukur secara hati-hati, dan tanda yang menonjol waktu dan pemisahan. Pada anak-anak dengan Hidrocephalus dan normal ICP anak menampakan secara menonjol keadaan yang nyata seperti ketegangan atau jeritan karena itu semua kelakuan yang menyertai harus dicatat.
Iritabel, letargi, dan gangguan aktivitas, seperti pada tanda-tanda vital, kebiasaan makan dapat diidentifikasi kemajuan yang pathologis. Untuk anak-anak yang telah mendapat perawatan di rumah sakit untuk pelayanan shunt baik rutin maupun emergency kebanyak nilai indikator pada kenaikan ICP lebih tinggi untuk tingkatan anak dengan kesadaran kurang, dengan cara itu anak berinteraksi dengan lingkungan perubahan diidentifikasi dengan observasi, dan dengan membandingkan dengan keadaan sekarang dengan keadaan sebelumnya, pola tidur, perkembangan kemampuan dan kebiasaan sehari-hari melalui riwayat rinci dan dasar pengkajian. Infromasi dasar memberikan petunjuk untuk pengkajian dan evaluasi setelah operasi pada shunt function

Diagnosa Perawatan

          Setelah pengkajian keperawatan diikuti dengan diagnosa keperawatan agar lebih jelas. Mungkin sebagian diagnosa adalah garis bersar dan dibahas dalam NCP

Perencanaan

          Tujuan akhir perawatan anak dengan hidrocephalus adalah :
1.       Pencegahan komplikasi pada hidrocephalus dan atau observasi pembedahan.
2.       Penyaluran pendidikan emoasi serta dukungan dari keluarga.

Implementasi

          Perawat perlu menyediakan makanan khusus bagi pasien. Sedikit makan secara terus-menerus lebih baik ketimbang sekali makan dalam jumlah yang banyak. Seorang perawat bertanggung jawab atas persiapan anak dalam mengikuti test diagnosa yaitu tomografy dan bersedia membantu dokter. Sebelum mengadakan operasi, ukuran kepala perlu diambil untuk mengetahui perkembangan kepala.

Perawatan Setelah Operasi

          Setelah operasi, pasien boleh ditidurkan secara rata, dan perlu diperhatikan agar tidak boleh ada tekanan terhadap daerah yang dioperasi. Upaya mengetahui tekanan darah harus dilakukan terus menerus.

Dukungan Keluarga

          Kebutuhan-kebutuhan khusus dari orang tua selama mas pengoatan dihubungkan dengan alasan pengobatan anak (melangsir, ulang infeksi, diangosa) dan penelitian serta aturan yaitu anak menjadi sasaran. Sering orang tua memiliki sangat sedikit tentang ilmu pembedahan dan ilmu anatomi. Karena itu mereka membutuhkan penjelasan, penguatan dan informasi banyak dari ahli psikis dan neuron, sebanyak informasi yang mereka butuhkan. Perawat perlu melakukan banyak untuk menghilangkan kegelisahan dengan penjelasan-penjelasan rasional dan jenis perawatan yang beragam.
          Sebagai persiapan untuk mengalai perubahan dan penjagaan anak, orang tua melatih diri bagaimana mengenal tanda yang menunjukkan kegagalan pemakaian atau tanda-tanda infeksi dan bagaimana menepa kuat, bila perlu. Anak-anak yang aktif bisa mendapat musibah seperti pengguguran yang dapat menghancurkan.
Pengaturan kepala busung pada seorang anak adalan tuntutan bagi keluarga dan profesionalisme kesehatan dan pertolongan kepala keluarga untuk anak-anak sebagai obyek perawatan penting. Penting untuk ditekankan bahwa Hidrocephalus adalah masalah hidup yang panjang dan bahwa anak membutuhkan evaluasi pada sebuah aturan dasar. Tujuan pekerjaan ini adalah membangun sebuah tujuan nyatan dan program pendidikan yang membantu anak dalam pencapaian kemampuan optimal. Keluarga dapat menyerahkan dukungan kepada wakil komunitas dan pimpinan.
          Penyediaan informasi mengenai keadaan keluarga, sangat membantu kelompok yang tertarik untuk membangun organisasi lokal. Proses yang tersedia sangat membantu dan sumber-sumber lain.
          Antisipasi bimbingan akan menyiapkan orang tua bagi masalah-masalah yang mungkin terjadi dan menolong mereka dari keterlaluan atau kelebihan melindungi anak. Dibutuhkan tempat aktivitas anak-anak (sebagian besar berhubungan dengan olahraga). Anak dibesarkan hati/diberanikan agar hidup seperti orang lain yang sama umur dan kemampuan. Orang membutuhkan dorongan yang baik bagi anak-anak dan persoalan-persoalan yang mungkin dialami, anak-anak yang umurnya sebaya dan dengan orang lain. Reaksi dari anak-anak lain ketika anak itu kelihatan sedang berpikir atau memutuhkan waktu untuk memperbaiki situasi merupakan stress anak maupun orang tua.

Evaluasi

          Penetapan bantuan perawatan yang efektif secara tekun dan terus-menerus, serta evaluasi perawatan berdasarkan observasi.

CHEFALGIA


A.       PENGERTIAN
Chefalgia atau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik paling utama manusia. Sakit kepala pada kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan dapat menunjukkan penyakit organik        ( neurologi atau penyakit lain), respon stress, vasodilatasi (migren), tegangan otot rangka (sakit kepala tegang) atau kombinasi respon tersebut (Brunner & Suddart).

B.       KLASIFIKASI DAN ETIOLOGI
Klasifikasi sakit kepala yang paling baru dikeluarkan oleh Headache Classification Cimitte of the International Headache Society sebagai berikut:
1.          Migren (dengan atau tanpa aura)
2.          Sakit kepal tegang
3.          Sakit kepala klaster dan hemikrania paroksismal
4.          Berbagai sakit kepala yang dikatkan dengan lesi struktural.
5.          Sakit kepala dikatkan dengan trauma kepala.
6.          Sakit kepala dihubungkan dengan gangguan vaskuler (mis. Perdarahan subarakhnoid).
7.          Sakit kepala dihuungkan dengan gangguan intrakranial non vaskuler ( mis. Tumor otak)
8.          Sakit kepala dihubungkan dengan penggunaan zat kimia tau putus obat.
9.          Sakit kepala dihubungkan dengan infeksi non sefalik.
10.     Sakit kepala yang dihubungkan dengan gangguan metabolik (hipoglikemia).
11.     Sakit kepala atau nyeri wajah yang dihubungkan dengan gangguan kepala, leher atau     struktur sekitar kepala ( mis. Glaukoma akut)
12.     Neuralgia kranial (nyeri menetap berasal dari saraf kranial)


C.       PATOFISIOLOGI
Sakit kepala timbul sebagai hasil perangsangan terhadap bangunan-bangunan diwilayah kepala dan leher yang peka terhadap nyeri. Bangunan-bangunan ekstrakranial yang peka nyeri ialah otot-otot okspital, temporal dan frontal, kulit kepala, arteri-arteri subkutis dan periostium. Tulang tengkorak sendiri tidak peka nyeri. Bangunan-bangunan intrakranial yang peka nyeri terdiri dari meninges, terutama dura basalis dan meninges yang mendindingi sinus venosus serta arteri-arteri besar pada basis otak. Sebagian besar dari jaringan otak sendiri tidak peka nyeri.
Perangsangan terhadap bangunan-bangunan itu dapat berupa:
Ø   Infeksi selaput otak : meningitis, ensefalitis.
Ø   Iritasi kimiawi terhadap selaput otak seperti pada perdarahan subdural atau setelah dilakukan pneumo atau zat kontras ensefalografi.
Ø   Peregangan selaput otak akibat proses desak ruang intrakranial, penyumbatan jalan lintasan liquor, trombosis venos spinosus, edema serebri atau tekanan intrakranial yang menurun tiba-tiba atau cepat sekali.
Ø   Vasodilatasi arteri intrakranial akibat keadaan toksik (seperti pada infeksi umum, intoksikasi alkohol, intoksikasi CO, reaksi alergik), gangguan metabolik (seperti hipoksemia, hipoglikemia dan hiperkapnia), pemakaian obat vasodilatasi, keadaan paska contusio serebri, insufisiensi serebrovasculer akut).
Ø   Gangguan pembuluh darah ekstrakranial, misalnya vasodilatasi ( migren dan cluster headache) dan radang (arteritis temporalis)
Ø   Gangguan terhadap otot-otot yang mempunyai hubungan dengan kepala, seperti pada spondiloartrosis deformans servikalis.
Ø   Penjalaran nyeri (reffererd pain) dari daerah mata (glaukoma, iritis), sinus (sinusitis), baseol kranii ( ca. Nasofaring), gigi geligi (pulpitis dan molar III yang mendesak gigi) dan daerah leher (spondiloartritis deforman servikalis.
Ø   Ketegangan otot kepala, leher bahu sebagai manifestasi psikoorganik pada keadaan depresi dan stress. Dalam hal ini sakit kepala sininim dari pusing kepala.


D.      MANIFESTASI KLINIS
a.             Migren
Migren adalah gejala kompleks yang mempunyai karakteristik pada waktu tertentu dan serangan sakit kepala berat yang terjadi berulang-ulang. Penyebab migren tidak diketahui jelas, tetapi ini dapat disebabkan oleh gangguan vaskuler primer yang biasanya banyak terjadi pada wanita dan mempunyai kecenderungan kuat dalam keluarga.
Tanda dan gejala adanya migren pada serebral merupakan hasil dari derajat iskhemia kortikal yang bervariasi. Serangan dimulai dengan vasokonstriksi arteri kulit kepala dam pembuluh darah retina dan serebral. Pembuluh darah intra dan ekstrakranial mengalami dilatasi, yang menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan.
Migren klasik dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu:
Ø   Fase aura.
Berlangsung lebih kurang 30 menit, dan dapat memberikan kesempatan bagi pasien untuk menentukan obat yang digunakan untuk mencegah serangan yang dalam. Gejala dari periode ini adalah gangguan penglihatan ( silau ), kesemutan, perasaan gatal pada wajah dan tangan, sedikit lemah pada ekstremitas dan pusing.
Periode aura ini berhubungan dengan vasokonstriksi tanpa nyeri yang diawali dengan perubahan fisiologi awal. Aliran darah serebral berkurang, dengan kehilangan autoregulasi laanjut dan kerusakan responsivitas CO2.
Ø   Fase sakit kepala
Fase sakit kepala berdenyut yang berat dan menjadikan tidak mampu yang dihungkan dengan fotofobia, mual dan muntah. Durasi keadaan ini bervariasi, beberapa jam dalam satu hari atau beberapa hari.
Ø   Fase pemulihan
Periode kontraksi otot leher dan kulit kepala yang dihubungkan dengan sakit otot dan ketegangan lokal. Kelelahan biasanya terjadi, dan pasien dapat tidur untuk waktu yang panjang.

b.         Cluster Headache
Cluster Headache adalah beentuk sakit kepal vaskuler lainnya yang sering terjadi pada pria. Serangan datang dalam bentuk yang menumpuk atau berkelompok, dengan nyeri yang menyiksa didaerah mata dan menyebar kedaerah wajah dan temporal. Nyeri diikuti mata berair dan sumbatan hidung. Serangan berakhir dari 15 menit sampai 2 jam yang menguat dan menurun kekuatannya.
Tipe sakit kepala ini dikaitkan dengan dilatasi didaerah dan sekitar arteri ekstrakranualis, yang ditimbulkan oleh alkohol, nitrit, vasodilator dan histamin. Sakit kepala ini berespon terhadap klorpromazin.

c.         Tension Headache
Stress fisik dan emosional dapat menyebabkan kontraksi pada otot-otot leher dan kulit kepala, yang menyebabkan sakit kepala karena tegang. Karakteristik dari sakit kepala ini perasaan ada tekanan pada dahi, pelipis, atau belakang leher. Hal ini sering tergambar sebagai “beban berat yang menutupi kepala”. Sakit kepala ini cenderung kronik daripada berat. Pasien membutuhkan ketenangan hati, dan biasanya keadaan ini merupakan ketakutan yang tidak terucapkan. Bantuan simtomatik mungkin diberikan untuk memanaskan pada lokasi, memijat, analgetik, antidepresan dan obat relaksan otot.


E.       PENGKAJIAN
Data subyektif dan obyektif sangat penting untuk menentukan tentang penyebab dan sifat dari sakit kepala.
v   Data Subyektif
a.         Pengertian pasien tentang sakit kepala dan kemungkinan penyebabnya.
b.        Sadar tentang adanya faktor pencetus, seperti stress.
c.         Langkah – langkah untuk mengurangi gejala seperti obat-obatan.
d.        Tempat, frekwensi, pola dan sifat sakit kepala termasuk tempat nyeri, lama dan interval diantara sakit kepala.
e.         Awal serangan sakit kepala.
f.          Ada gejala prodomal atau tidak
g.         .Ada gejala yang menyertai.
h.         Riwayat sakit kepala dalam keluarga (khusus penting sekali bila migren).
i.           Situasi yang membuat sakit kepala lebih parah.
j.          Ada alergi atau tidak.

v   Data Obyektif
a.    Perilaku : gejala yang memperlihatkan stress, kecemasan atau nyeri.
b.    Perubahan kemampuan dalam melaksanakan aktifitas sehari – hari.
c.     Terdapat pengkajian anormal dari sistem pengkajian fisik sistem saraf cranial.
d.     Suhu badan
e.     Drainase dari sinus.

Dalam pengkajian sakit kepala, beberapa butir penting perlu dipertimbangkan. Diantaranya ialah:
a.         Sakit kepala yang terlokalisir biasanya berhubungan dengan sakit kepala migrain atau gangguan organik.
b.        Sakit kepala yang menyeluruh biasanya  disebabkan oleh penyebab psikologis atau terjadi peningkatan tekanan intrakranial.
c.         Sakit kepala migren dapat berpindah dari satu sisi kesisi yang lain.
d.        Sakit kepala yang disertai peningkatan tekanan intrakranial biasanya timbil pada waktu bangun tidur atau sakit kepala tersebut membengunkan pasien dari tidur.
e.         Sakit kepala tipe sinus timbul pada pagi hari dan semakin siang menjadi lebih buruk.
f.          Banyak sakit kepala yang berhubungan dengan kondisi stress.
g.         Rasa nyeri yang tumpul, menjengkelkan, menghebat dan terus ada, sering terjadi pada sakit kepala yang psikogenis.
h.         Bahan organis yang menimbulkan nyeri yang tetap dan sifatnya bertambah terus.
i.           Sakit kapala migrain bisa menyertai mentruasi.sakit kepala bisa didahului makan makanan yang mengandung monosodium glutamat, sodim nitrat, tyramine demikian juga alkohol.
j.          Tidur terlalu lama, berpuasa, menghirup bau-bauan yang toksis dalam limngkungan kerja dimana ventilasi tidak cukup dapat menjadi penyebab sakit kepala.
k.        Obat kontrasepsi oral dapat memperberat migrain.
l.           Tiap yang ditemukan sekunder dari sakit kepala perlu dikaji.


F.        DIAGNOSTIK
1.         CT Scan, menjadi mudah dijangkau sebagai cara yang mudah dan aman untuk menemukan abnormalitas pada susunan saraf pusat.
2.         MRI Scan, dengan tujuan mendeteksi kondisi patologi otak dan medula spinalis dengan menggunakan tehnik scanning dengan kekuatan magnet untuk membuat bayangan struktur tubuh.
3.         Pungsi lumbal, dengan mengambil cairan serebrospinalis untuk pemeriksaan. Hal ini tidak dilakukan bila diketahui terjadi peningkatan tekanan intrakranial dan tumor otak, karena penurunan tekanan yang mendadak akibat pengambilan CSF.



G.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.         Nyeri b.d stess dan ketegangan, iritasi/tekanan saraf, vasospasme, peningkatan tekana intrakranial.
2.         Koping individual tak efektif b.d situasi krisis, kerentanan personal, sistem pendukung tidak adequat, kelebihan beban kerja, ketidakadequatan relaksasi, metode koping tidak adequat, nyeri berat, ancaman berlebihan pada diri sendiri.
3.         Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b.d kurang mengingat, tidak mengenal informasi, keterbatasab kognitif.


H.      RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
1.           Nyeri b.d stess dan ketegangan, iritasi/tekanan saraf, vasospasme, peningkatan tekana intrakranial.
Intervensi:
a.         Pastikan durasi/episode masalah , siapa yang telah dikonsulkan, dan obat dan/atau terapi apa yang telah digunakan
b.        Teliti keluhan nyeri, catat itensitasnya ( dengan skala 0-10 ), karakteristiknya (misal : berat, berdenyut, konstan) lokasinya, lamanya, faktor yang memperburuk atau meredakan.
c.         Catat kemungkinan patofisiologi yang khas, misalnya otak/meningeal/infeksi sinus, trauma servikal, hipertensi atau trauma.
d.        Observasi adanya tanda-tanda nyeri nonverbal, seperi : ekspresi wajah, posisi tubuh, gelisah, menangis/meringis, menarik diri, diaforesis, perubahan frekuensi jantung/pernafasan, tekanan darah.
e.         Kaji hubungan faktor fisik/emosi dari keadaan seseorang
f.          Evaluasi perilaku nyeri
g.         Catat adanya pengaruh nyeri misalnya: hilangnya perhatian pada hidup, penurunan aktivitas, penurunan berat badan.
h.         Kaji derajat pengambilan langkah yang keliru secara pribadi dari pasien, seperti mengisolasi diri.
i.           Tentukan isu dari pihak kedua untuk pasien/orang terdekat, seperti asuransi, pasangan/keluarga
j.          Diskusikan dinamika fisiologi dari ketegangan/ansietas dengan pasien/orang terdekat
k.        Instruksikan pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri itu timbul.
l.           Tempatkan pada ruangan yang agak gelap sesuai dengan indikasi.
m.       Anjurkan untuk beristirahat didalam ruangan yang tenang.
n.         Berikan kompres dingin pada kepala.
o.        Berikan kompres panans lembab/kering pada kepala, leher, lengan sesuai kebutuhan.
p.        Masase daerah kepala/leher/lengan jika pasien dapat mentoleransi sentuhan.
q.        Gunakan teknik sentuhan yang terapeutik, visualisasi, biofeedback, hipnotik sendiri, dan reduksi stres dan teknik relaksasi yang lain.
r.          Anjurkan pasien untuk menggunakan pernyataan positif  “Saya sembuh, saya sedang relaksasi, Saya suka hidup ini”. Sarankan pasien untuk menyadari dialog eksternal-internal dan katakan “berhenti” atau “tunda” jika muncul pikiran yang negatif.
s.         Observasi adanya mual/muntah. Berikan es, minuman yang mengandung karbonat sesuai indikasi.

2.           Koping individual tak efektif b.d situasi krisis, kerentanan personal, sistem pendukung tidak adequat, kelebihan beban kerja, ketidakadequatan relaksasi, metode koping tidak adequat, nyeri berat, ancaman berlebihan pada diri sendiri.
Intervensi.
a.         Dekati pasien dengan ramah dan penuh perhatian. Ambil keuntungan dari kegiatan yang daoat diajarkan.
b.        Bantu pasien dalam memahami perubahan pada konsep citra tubuh.
c.         Sarankan pasien untuk mengepresikan perasaannya dan diskusi bagaimana sakit kepala itu mengganggu kerja dan kesenangan dari hidup ini.
d.        Pastikan dampak penyakitnya terhadap kebutuhan seksual.
e.         Berikan informasi mengenai penyebab sakit  kepala, penagnan, dan hasil yang diharapkan.
f.          Kolaborasi
Rujuk untuk melakukan konseling dan/atau terapi keluarga atau kelas tempat pelatihan sikap asertif sesuai indikasi.

3.           Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b.d kurang mengingat, tidak mengenal informasi, keterbatasab kognitif.
Intervensi ;
a.         Diskusikan etiologi individual dari saki kepala bila diketahui.
b.        Bantu pasien dalam mengidentifikasikan kemungkinan faktor predisposisi, seperti stress emosi, suhu yang berlebihan, alergi terhadap makanan/lingkungan tertentu.
c.         Diskusikan tentang obat-obatan dan efek sampingnya. Nilai kembali kebutuhan untuk menurunkan/menghentikan pengobatan sesuai indikasi
d.        Instruksikan pasien/orang terdekat dalam melakukan program kegiatan/latihan , makanan yang  dikonsumsi, dan tindakan yang menimbukan rasa nyaman, seprti masase dan sebagainya.
e.         Diskusikan mengenai posisi/letak tubuh yang normal.
f.          Anjurkan pasien/orang terdekat untuk menyediakan waktu agar dapat relaksasi dan bersenang-senang.
g.         Anjurkan untuk menggunakan aktivitas otak dengan benar, mencintai dan tertawa/tersenyum.
h.         Sarankan pemakaian musik-musik yang menyenangkan.
i.           Anjurkan pasien untuk memperhatikan sakit kepala yang dialaminya dan faktor-faktor yang berhubungan atau faktor presipitasinya.
j.          Berikan informasi tertulis/semacam catatan petunjuk
k.        Identifikasi dan diskusikan timbulnya resiko bahaya yang tidak nyata dan/atau terapi yang bukan terapi medis









DAFTAR PUSTAKA

1.        Barbara C Long, 1996, Perawatan Medikal Bedah, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran, Bandung.
2.        Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.
3.        Marlyn E. Doengoes, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untukPerencanaan & Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC, Jakarta.
4.        Priguna Sidharta, 1994, Neurogi Klinis dalam Praktek Umum, Dian Rakyat, Jakarta.
5.        Susan Martin Tucker, 1998, Standar Perawatan Pasien : Proses Perawatan, Diagnosa dan Evaluasi, Edisi V, Vol 2, EGC, Jakarta.
6.        Sylvia G. Price, 1997, Patofisologi, konsep klinik proses – proses penyakit. EGC, Jakarta